Banyumas Jatuh ke Tangan Belanda pada Agresi Militer Pertama, Begini Sejarahnya
Setelah menduduki Purwokerto, Belanda kemudian mengadakan pembersihan ke desa-desa sekitar yang menjadi basis perjuangan tentara Indonesia di Banyumas.
Pada 4 Agustus 1947, usai Purwokerto dikuasai, tentara Belanda terus memperluas serangan dengan membagi dua kekuatannya untuk menuju Klampok dan menduduki Purwanegara melalui Banyumas. Sedangkan sebagian tentara Belanda menuju Cilacap melalui Wangon untuk kemudian menuju Jeruk Legi.
Meskipun telah dipertahankan habis-habisan oleh kesatuan Resimen 15 dibawah pimpinan Letkol Abimanjoe, namun akhirnya Kota Cilacap pun jatuh ketangan Belanda melalui serangan darat dari arah Jeruk Legi pada 4 Agustus 1947.
Gerakan Belanda pada tanggal tersebut menuju Timur pun mendapatkan perlawanan sengit dari tentara Indonesia yang berasal dari Banyumas, Belanda akhirnya terhenti di Gombong dan mendudukinya.
Agresi militer yang dilancarkan Belanda tak hanya mendapatkan perlawanan sengit dari Pemerintah RI dan rakyatnya. Tapi juga reaksi kecaman dari luar negeri, sehingga berdasarkan keputusan Dewan Keamanan PBB, pada tanggal 4 Agustus 1947 tersebut, RI dan Belanda menghentikan tembak menembak melalui Perjanjian Renville.
Sedangkan posisi tentara Belanda di daerah Banyumas adalah sampai disebelah timur Gombong atau sepanjang kali Kemit ke utara dekat Mandiraja atau beberapa kilometer sebelah barat Banjarnegara, tepatnya di Desa Joho.
Di tempat tersebut dan di jembatan kali kemit berdiri monumen yang menunjukkan batas antara RI dan Belanda. Tempat tersebut kemudian diberi nama garis Van Mook atau garis demarkasi.
Namun lagi-lagi Belanda melanggar gencatan senjata tersebut, pasukan belanda melancarkan 17 kendaraan lapis baja dan 20 truk menyerang Kota Gombong pada 5 Agustus 1947 sekitar pukul 02.30 WIB, hingga akhirnya kembali disambut oleh pasukan Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia.
Editor: Ahmad Antoni