Benarkah Air Galon Isi Ulang Bahaya bagi Ibu Hamil dan Anak? Ini Penjelasan Praktisi Kesehatan

“Air mineral ini juga dibutuhkan selama kehamilan untuk mendukung sirkulasi janin, cairan ketuban dan peningkatan jumlah volume darah secara umum. Kekurangan cairan pada ibu hamil dan menyusui berhubungan dengan oligohidramnion, konstipasi, dan juga penurunan kuantitas serta kualitas ASI. Jadi, tidak benar jika air kemasan galon guna ulang itu membahayakan kesehatan janin dan ibu hamil,” katanya.
Sementara dr. Setya Dipayana yang sering disapa dokter Ade menyampaikan anak-anak juga membutuhkan air minum yang cukup untuk mendukung kesehatan tubuhnya. Dia mengutarakan air pada tubuh anak menempati persentase yang besar dari berat badannya.
Menurutnya, persentase air dalam tubuh anak lebih besar dibanding dewasa karena luas permukaan tubuhnya yang lebih besar dan kandungan lemak yang lebih sedikit. “Pada anak 1 tahun pertama, volume air total dalam tubuh sebanyak 65 – 80 persen dari berat badan. Persentase ini akan berkurang seiring bertambahnya usia, menjadi 55 – 60 persen saat remaja,” ujar dokter Ade.
Secara umum jumlah kebutuhan cairan anak menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia adalah 800 mililiter (ml) atau sekitar 2–3 gelas untuk anak usia 7–12 bulan; 1,3 liter atau sekitar 5 gelas untuk anak usia 1–3 tahun; 1,7 liter atau sekitar 6–7 gelas untuk anak usia 4–8 tahun; 2,1–2,4 liter atau 8–10 gelas untuk anak usia 9–13 tahun; 2,3–3,3 liter atau sekitar 9–13 gelas untuk anak usia diatas 14 tahun.
Dokter Ade menegaskan cairan diperlukan untuk berbagai fungsi tubuh anak. Antara lain dalam metabolisme, fungsi pencernaan, fungsi sel, pengaturan suhu, pelarutan berbagai reaksi biokimia, pelumas, dan pengaturan komposisi elektrolit.
Menurutnya, cairan merupakan komponen yang penting karena status hidrasi yang cukup bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurutnya, perlu diperhatikan bahwa pada beberapa kondisi, anak memerlukan masukan cairan yang lebih banyak seperti saat olahraga, cuaca yang panas/sangat dingin, dan saat bepergian jauh.
“Pada kondisi tersebut, perlu dipastikan bahwa anak memiliki akses untuk mengonsumsi cairan. Karena, anak lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding orang dewasa karena memiliki sensibilitas rasa haus yang lebih rendah serta tidak dapat mengekspresikan rasa haus dengan baik,” ujarnya.
Dia mengatakan, cairan tubuh yang kurang pada anak bisa menyebabkan dehidrasi yang bervariasi dari ringan sampai berat. Gejala dan tanda dehidrasi antara lain rasa haus, berkurangnya produksi urin, urin berwarna pekat, mata cekung, tidak ada air mata saat menangis, turgor kulit yang buruk, serta penurunan kesadaran.
“Bayi kecil yang tidak dapat menyampaikan keluhan umumnya menjadi rewel dan haus. Jika tidak ditangani, bayi dapat menjadi lemas, cenderung tidur, dan tidak responsif. Jadi, dehidrasi pada anak perlu cepat diidentifikasi dan ditangani karena dehidrasi berat yang berlanjut menjadi syok dapat mengancam nyawa,” katanya.
Karenanya, dia juga merasa heran jika ada pihak-pihak yang mengatakan air kemasan galon guna ulang itu bisa membahayakan kesehatan anak. “Sampai saat ini, saya tidak pernah menemukan pada pasien-pasien yang yang tangani sakit hanya karena minum air galon guna ulang. Pendapat ini perlu pembuktian dan itu tidak gampang,” katanya.
Editor: Ahmad Antoni