Berawal Hobi Main Game di Warnet, Anak Tukang Las Ini Jadi Jagoan IT dan Dapat Beasiswa Rp300 Juta
“Zetta tidak pernah menolak. Zetta pun selalu pandai mengatur waktu, kapan bermain game, kapan sekolah, kapan belajar, dan kapan membantu orang tua. Kami sebagai orang tua membantu Zetta dengan mengajak pada pekerjaan yang jaraknya dekat-dekat saja, agar tidak terlalu kelelahan,” katanya.
Profesi tukang las dan laundry yang menghadirkan jasa bagi lingkungan sekitar, otomatis membuat keluarga Zetta menjadi salah satu keluarga yang terdampak perekonomiannya karena pandemi Covid-19. Usaha ayah dan ibunya mendadak sepi pelanggan di awal tahun 2020, ketika Pandemi Covid-19 dimulai.
“Karena Pandemi, perekonomian lesu, otomatis orang mengurangi renovasi rumah. Cuci yang dulunya laundry pun mungkin beberapa pelanggan kami akhirnya mencuci baju sendiri,” kenang Joni.
Di sinilah, keahlian Zetta di bidang IT yang saat itu duduk di kelas 3 SMK, mulai diuji. Jasa sang ayah sebagai tukang las dan ibu sebagai laundry, dipromosikannya secara online. Dengan cara mengunggah foto dan nomor HP kedua orang tuanya di media sosial dan Google Maps.
Tak disangka, jasa kedua orang tuanya langsung tambah laris dalam sekejap. Bahkan ada pemesanan yang masuk melalui email. Sebuah metode pemesanan yang tak pernah ia sangka-sangka sebelumnya.
“Saya juga sempat beberapa waktu, bantu promosi bisnis laundry ibu, saya pasang toko laundry di Google Maps sampai akhirnya laundrynya jadi lebih laris dari biasanya. Jadi kalau biasanya pesanan dari mulut ke mulut, ini sampai ada email yang masuk,” kata Zetta.
Untuk membantu keluarga, keahliannya di bidang IT juga digunakan untuk mengambil pekerjaan lepas di bidang teknologi. Misalnya membuat website sekolah, ataupun sayembara berhadiah tertentu. “Hadiahnya lumayan, untuk keperluan sekolah, jadi saya bisa membantu keluarga,” ujarnya.
Editor: Ahmad Antoni