Berawal Hobi Main Game di Warnet, Anak Tukang Las Ini Jadi Jagoan IT dan Dapat Beasiswa Rp300 Juta
“Kita tahu sendiri pendapatan ayah tak menentu. Apalagi di masa pandemi ini Covid-19, penurunan penghasilan sangat terasa. Awalnya saya ingin langsung kerja sehingga sebagai anak pertama bisa membantu keluarga," kenangnya.
Namun kegigihannya untuk berkuliah tak pernah memadamkan semangat Zetta. Mengikuti rangkaian seleksi Beasiswa Semesta, kemahirannya membuat prototipe Sistem Pendaftaran Vaksinasi dalam ujian pemrograman membuatnya diganjar sebagai satu dari lima peraih Beasiswa Semesta.
Beasiswa Semesta akan memberi Zetta dan kawan-kawan hadiah uang tunai dan biaya pendidikan untuk berkuliah pada jurusan Teknik Informatika (IT) di perguruan tinggi ternama di Surabaya, senilai total 300 juta rupiah. Selain itu, Zetta akan mendapatkan kesempatan berkarya dengan gaji bulanan senilai minimal UMR Surabaya (empat jutaan), bersama Sevima.
“Saya berharap, dengan mendapat Beasiswa sarjana dan kesempatan kerja dari Sevima menjadi jalan jenjang karir saya di bidang IT. Dan semoga saya dapat menyelesaikan kuliahnya dengan tepat waktu,” ujar Zetta.
Joni Christiono, sang ayah yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang las sejak tahun 2005 dengan penghasilan yang tidak menentu, kadang mendapat penghasilan Rp500 .000 sebulan, kadang juga lebih.
“Saya ngelas sejak tahun 2005, istilahnya tukang las panggilan mulut ke mulut. Jadi apapun besi yang bisa disambung, itu pekerjaan saya. Seperti bikin tralis, bikin pagar, pandai besi, dll. Untuk kisaran penghasilan ngelas tidak menentu, kadang Rp500.000 sebulan, kadang lebih,” kata Joni.
Sedangkan Ester Yuliani, ibu Zetta, membuka jasa laundry kecil-kecilan di rumahnya. Tak jarang, Zetta sebagai anak sulung diminta bantuan tenaga oleh kedua orang tuanya untuk menyambung besi dan mencuci baju.
Editor: Ahmad Antoni