get app
inews
Aa Text
Read Next : Terungkap! TKP Temuan Granat di Malang di Rumah untuk Dapur Umum Program MBG 

Cerita Para Perempuan Lereng Merapi Memasak Bergiliran demi Mencukupi Kebutuhan Konsumsi Pengungsi

Rabu, 11 November 2020 - 07:34:00 WIB
Cerita Para Perempuan Lereng Merapi Memasak Bergiliran demi Mencukupi Kebutuhan Konsumsi Pengungsi
Ibu-ibu di sekitar Tempat Penampungan Pengungsian Sementara Desa Tlogolele, Boyolali saat memasak untuk pengungsi Merapi. (Ary Wahyu Wibowo, Sindonews)

BOYOLALI, iNews.id – Semangat gotong royong terekam dalam dapur umum tempat penampungan pengungsian sementara (TPPS) di Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Para perempuan yang tinggal di sekitar pengungsian tampak begitu ikhlas memasak bergiliran agar konsumsi bisa tersedia tiga kali sehari.

Keramahan, serta tegur sapa antara pengungsi dan warga di sekitar pengungsian menjadi pemandangan yang akrab dilihat. Ciri khas masyarakat pedesaan yang kental dengan gotong royong, ramah, dan saling membantu tetap terjaga di Desa Tlogolele.

Ketika warga kategori rentan dari empat dukuh yang berjarak 3-5 kilometer dari puncak Gunung Merapi harus diungsikan mulai Senin (9/11/2020) kemarin, warga di sekitar pengungsian tidak tinggal diam.

Warga setiap RT di sekitar TPPS yang berjarak sekitar 9 kilometer dari puncak Merapi, secara bergiliran memasak bersama. “Setiap RT giliran, sekali masak 12 orang,” kata Panti (45) warga RT 01 RW 01 Dukuh Tlogolele. Dalam sehari, memasak dilakukan tiga kali. Yakni pagi, siang dan sore. Warga yang terlibat adalah ibu ibu yang berasal dari RT 1 hingga RT 4 di Dukuh Tlogolele. Karena jumlah perempuan di satu RT saja juga banyak, maka jatah memasak juga dibuat bergiliran.

Memasak untuk pengungsi bagi warga di sekitar TPPS di Desa Tlogolele baru sekali ini. Sebab saat erupsi Gunung Merapi tahun 2010 silam, semua warga di Desa Tlogolele mengungsi semua ke wilayah Magelang. “Kalau sekarang sudah ada aba aba (mengungsi), dulu juga belum ada gedung ini,” katanya. Mendapat giliran memasak untuk pengungsi, warga di sekitar TPPS ikhlas dan gembira. “Saya saja yang boro di Yogyakarta pulang agar bisa ikut membantu,” ujarnya.

Ia tidak tega ketika warga di desanya tengah dalam kondisi seperti ini, dirinya pergi mencari uang di Yogyakarta. Meski tidak terlalu kenal dengan warga di Dukuh Stabelan, Dukuh Takeran, Dukuh Belang, dan Dukuh Gumuk yang tengah mengungsi, namun hal itu bukan menjadi hambatan untuk membantu.Saat datang ke dapur umum, warga tidak perlu membawa peralatan mengingat semuanya telah tersedia. Termasuk juga bahan makanan yang akan dimasak juga telah tersedia.

Menu yang akan dimasak, daftarnya sudah disiapkan oleh petugas khusus yang membidangi dapur umum. Tidak ada pembagian kerja secara khusus karena semuanya digarap bersama sama. Mereka langsung tanggap terhadap apa yang harus dikerjakan. “Ada yang masak nasi, racik racik dan lainnya. Sudah gitu aja,” paparnya. Namun khusus untuk yang memasukkan bumbu ke masakan dilakukan satu orang karena menyangkut rasa.

Ia mendapat tugas itu karena dalam keseharian memiliki usaha katering dan warung. Jika semua yang masak ikut memasukkan bumbu, dikhawatirkan rasa masakan menjadi tidak karuan. Sementara, menu yang dimasak adalah nasi, sayur, dan lauk pauk. Sayur dan lauk pauk berbeda beda jenisnya setiap memasak dan sudah ada daftar menunya.

“Pagi, siang, malam selalu ganti. Sekali makan beda lauknya,” ucap Panti. Ia mengaku memasak dalam suasana kegotongroyongan sangat menyenangkan. “Asyik tidak asyik, harus asyik karena sudah kewajiban warga,” ujarnya.

Editor: Ahmad Antoni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut