get app
inews
Aa Text
Read Next : Tragis! 2 Pelajar Tewas Tenggelam di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri saat Cari Ikan

Cerita Penumpasan Antek PKI di Jawa Tengah dan Strategi Brigjen TNI Surjo Sumpeno

Sabtu, 25 September 2021 - 12:57:00 WIB
Cerita Penumpasan Antek PKI di Jawa Tengah dan Strategi Brigjen TNI Surjo Sumpeno
Aksi Gerakan 30 September PKI di Jawa Tengah ditandai saat RRI Semarang pada 1 Oktober 1965 memberitakan terbentuknya Dewan Revolusi Jawa Tengah. (Defile Pasukan TNI/ Foto Pusat Persenjataan Dan Sejarah Militer)

Lalu pada 13 Oktober 1965 pukul 08.00 WIB, Komandan Resimen RPKAD Kol Inf Sarwo Edhie Wibowo didampingi Danyon RPKAD Mayor Inf CI Santoso melaporkan kedatangan pasukannya kepada Brigjen TNI Surjo Sumpeno selaku penguasa militer di Jawa Tengah.

Dalam kesempatan itu, Pangdam VII/Diponegoro berpesan supaya Kol Sarwo untuk bertindak dengan berpedoman kepada sandi “Ambil ikannya jangan sampai keruh airnya”. Selesai penerimaan oleh Pangdam VII/Diponegoro Pasukan RPKAD lalu melakukan pameran kekuatan dengan berkeliling Kota Semarang.

Sementara pencarian terhadap Danrem 072/Pamungkas Kol Inf Katamso dan Kasrem Letkol Soegijono terus dilakukan, karena diperoleh informasi kalau keduanya dibunuh di markas Batalyon L di Desa Kentungan.

Lalu berdasarkan perintah Brigjen TNI Surjo Sumpeno pada 18 Oktober 1965, sebagian pasukan Yon L diberangkatkan ke luar Jawa dalam rangka tugas Dwikora. Sementara para pelaku penculikan dari Yon L diperintahkan melaksanakan latihan survival tanpa senjata.

Kesempatan ini dipergunakan sebaik-baiknya. Sebuah tim yang dipimpin Mayor CPM Moh Said beserta anggotanya, Kesehatan Rem 072, Zi Bang Rem 072 ditugaskan untuk membongkar tempat di dalam Markas Yon L yang dicurigai tempat menimbun mayat petinggi Korem 072 Pamungkas.

Atas perintah Pangdam timbunan tanah dibongkar pada 21 Oktober 2017. Lalu pada pukul 07.00 WIB, jenazah kedua pimpinan Korem 072 tersebut dapat diangkat.

Selanjutnya dengan iring-iringan kendaraan yang didahului dengan dua buah panser dan pengawal RPKAD, kedua jenazah dibawa ke Kesehatan Korem 072 untuk diautopsi oleh team dokter yang dipimpin Kol Sutarto.

Dengan diketemukannya jenazah Danrem 072 dan Kasrem 072 tersebut, masyarakat Yogyakarta khususnya dan Jawa Tengah pada umumnya meluap amarahnya terhadap G 30 S/PKI.

Tanggal 20 Oktober 1965, Panglima selaku Pepelrada Jateng/DIY mengeluarkan keputusan tentang pembekuan kegiatan PKI, Baperki, dan ormas-ormas lainnya di bawah naungan PKI.

Sebelumnya Mayor Muljono Ketua Dewan Revolusi Yogyakarta yang memerintahkan pembunuhan terhadap Danrem dan Kasrem 072 Pamungkas tertangkap di Kelurahan Karanggeneng, Boyolali pada 18 Oktober 1965.

Pada bulan November 1965, pelaksanaan operasi terhadap G 30 S/PKI mendapat bantuan dari Brigade Infanteri 4/Diponegoro di bawah pimpinan Kol Inf Yasir Hadibroto. Bertugas secara bergiliran yaitu Batalyon E, F, dan G, dan masing-masing ditempatkan di Boyolali, Klaten dan Solo.

Dengan datangnya pasukan tersebut, beban tugas yang dipikul pasukan RPKAD menjadi ringan. Akibatnya ruang gerak sisa-sisa G 30 S/PKI menjadi semakin sempit, dan tinggal menunggu kehancurannya. Pada 22 November 1965 pukul 21.00, tokoh utama G30S/PKI DN Aidit berhasil ditangkap hidup-hidup di kampung Sambeng Gede, Surakarta.

Selanjutnya pada 1 Desember 1965, dalam rangka untuk mengintensifkan pencarian dan penghancuran sisa-sisa G 30 S/PKI, telah dibentuk Komando Operasi Merapi dengan pimpinan Kol Inf Sarwo Edhi Wibowo.

Komando Operasi Merapi ini dibentuk dalam rangka pengejaran serta penangkapan terhadap gembong Gerakan 30 September di Jawa Tengah Kol Sahirman dan antek-anteknya. Komando Operasi Merapi pun mendapat bantuan 1 kompi Panser dan tiga helikopter TNI AD.

Pada 8 Desember 1965, pimpinan Operasi Merpati mendapat informasi, bahwa Kol Sahirman dan kawan-kawannya berada di daerah Merbabu.

Untuk melaksanakan operasi pengejaran terhadap Kol Sahirman dan kawan-kawannya tersebut, dilakukanlah kontak dengan Batalyon E yang berada di Boyolali. Pada 9 Oktober, 1 peleton dari Yonif E yang dipimpin oleh Letda Tarwan bergerak ke Cemorosewu di lereng Merbabu bagian Timur.

Pada pukul 05.00 WIB pasukan berhasil menyergap gerombolan yang dicari dan berhasil menewaskan sebagian dari gerombolan itu. Di samping itu berhasil pula ditangkap seorang Gerwani yang bernama Hartini alias Lestari, serta menyita sebuah pistol FN 46 milik Letkol Usman Sastrodibroto.

Pada pukul 11.00 WIB beberapa perwira Staf Komando Operasi Merapi mengadakan pengecekan ke tempat kejadian. Ternyata yang tertembak mati ialah Letkol Usman Sastrodibroto, Mayor Sumadi, Kapten Sukirno Darmin.

Editor: Donald Karouw

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut