get app
inews
Aa Text
Read Next : Kecelakaan di Sragen, Truk Ekspedisi Hancur Ditabrak KA Sancaka Relasi Surabaya-Yogyakarta

Jadi Barang Langka, Watu Giling di Sragen Jadi Hiasan Pos Kamling

Rabu, 07 Oktober 2020 - 13:11:00 WIB
Jadi Barang Langka, Watu Giling di Sragen Jadi Hiasan Pos Kamling
Penampakan batu giling atau suikermolen (kiri) menjadi hiasan pos kamling di Dukuh Gebang Kota, Desa Gebang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Selasa (6/10/2020). (Solopos.com/Moh. Khodiq Duhri)

SRAGEN, iNews.id - Sebuah batu yang berbentuk bulat torak seperti tong menjadi hiasan di sebelah pos kamling di Dukuh Gebang Kota, Desa Gebang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Padahal batu itu merupakan salah satu alat yang dipakai untuk menggiling tebu secara manual pada zaman dulu dan mulai langkah.

Tinggi batu itu setinggi sekitar 50 sentimeter (cm) dengan diameter lingkaran atas dan bawah sekitar 40 cm. Bagian tengah batu itu berlubang dengan diameter sekitar 15 cm. Sementara bagian luar batu itu bergerigi. Oleh warga sekitar, batu itu dicat dengan warna hijau yang dipadu dengan warna emas dan hitam. Pilihan warna itu menyesuaikan dengan warna pos kamling di sampingnya.

Warga sekitar biasa menyebut batu itu dengan sebutan watu giling. Ini karena batu itu merupakan salah satu alat yang dipakai untuk menggiling tebu secara manual dengan menggunakan bantuan ternak sapi atau kerbau pada zaman dahulu.

"Watu giling itu kali pertama ditemukan di ladang milik saya lebih dari 30 tahun lalu. Pada awalnya, ada dua watu giling. Namun, satu di antaranya sudah pecah. Sebagian dari pecahan batu giling itu saya kubur di ladang," kata warga setempat, Giman (60).

Dalam bahasa Belanda, batu giling itu disebut dengan istilah suikermolen. Keberadaan batu giling yang hanya menjadi hiasan pos kamling di Sragen itu ternyata cukup langka di Tanah Air.

Di Indonesia, suikermolen masih bisa ditemukan di sejumlah lokasi selain di Sragen, yakni di Delanggu Klaten, Tangerang, Tulungagung, serta di kawasan Sumatra. Sukardi, warga Dukuh Gebang Tengah mengatakan, suikermolen yang ada di Tanah Air didatangkan dari China.

Suikermolen pernah dimiliki seorang saudagar tebu bernama Souw Siouw Keng di Parungkuda, Tangerang, pada 1905. Suikermolen juga pernah dipakai di sebuah pabrik gula di Tulungagung pada 1936.

"Dulu di Dukuh Gebangloji (Desa Gebang) sempat berdiri sebuah pabrik penggilingan tebu secara manual dengan tenaga ternak. Setelah ada modernisasi alat, batu giling mulai tidak terpakai sehingga dibuang oleh pemiliknya," katanya.

"Pabrik lalu diubah fungsinya menjadi penggilingan padi dan pewarnaan kain serat nila. Bangunan pabrik milik warga Belanda itu masih sempat terlihat saat Agresi Militer Belanda I (pada 1947)," ujar Sukardi.

Setelah terjadi Agresi Militer Belanda II pada Desember 1948, pabrik di Desa Gebang itu mulai ditinggal pemiliknya. Sejak saat itu, warga setempat mulai berani mengapling lahan bekas pabrik tersebut.

Saat ini, lahan sudah dikapling warga, bangunan pabrik itu kini sudah tidak terlihat. Namun, fondasi pabrik hingga saat ini masih terlihat.

"Fondasi itu masih bisa terlihat di Dukuh Gebangloji. Tingginya sekitar tiga meter. Kalau mau dibuat ruangan di bawah fondasi itu saya kira masih bisa," ucapnya.

Artikel ini telah tayang di Solopos.com dengan judul "Watu Giling, Batu Langka Yang Cuma Jadi Hiasan Pos Kamling Di Masaran Sragen"

Editor: Nani Suherni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut