Jadi Langganan Banjir, Warga Malas Mengungsi Meski Debit Air Meningkat
DEMAK, iNews.id - Warga Desa Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah (Jateng) menjadi wilayah terparah bencana banjir. Sudah tiga hari air yang merendam hunian warga belum menunjukkan tanda-tanda akan segera surut.
Meski begitu, warga Desa Sayung enggan mengungsi ke dan memilih bertahan di rumah masing-masing. Salah satunya Nurul Novidah dan keluarga yang tetap berdiam di rumahnya. Namun, Nurul dan keluarga memilih untuk menghabiskan malam di musala untuk tidur dan kembali ke rumah pagi hari.
"Tadi malam sudah mengungsi ke musala. Tidur saja habis itu kembali ke rumah meriksa barang-barang masih ada yang bisa diselamatkan atau tidak. Sebagian bisa diselamatkan tapi sebagian lagi sudah terendam," ucap Novi warga Dukuh Lengkong, Desa sayung, Demak Jateng, Jumat (16/2/2018).
Diketahui, sebelum berangkat kuliah Nurul menghabiskan waktu untuk membantu orang tua dan adiknya menjaga rumah. Sesekali antaranggota keluarga itu saling melempar canda menghilangkan kejuenuhan akibat banjir yang menerobos masuk ke rumah dengan ketinggian lebih kurang satu meter.
Keluarga Nurul murapakan satu dari 1.500 kepala keluarga di desa tersebut yang rumahnya terendam banjir. Bencana banjir sebetulnya telah menjadi hal yang biasa bagi warga sekitar. Tercatat, hampir 18 tahun terakhir kawasan tersebut selalu terendam banjir.
Menariknya, banjir kerap datang di akhir atau di awal tahun dan terjadi hingga berbulan-bulan. Sayangnya, pemerintah setempat seperti belum punya upaya jitu agar bencana banjir tidak kembali terjadi.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Demak Agus Nugroho mengatakan, hampir tiga hari debit banjir di pemukiman warga Desa Sayung terus meninggi. Namun, kata dia, hanya sebagian warga saja yang bersedia untuk mengungsi. Padahal, ketinggian air telah mencapai 1-1,5 meter.
"Paling parah Desa Sayung. Ketinggian paling dalam kurang lebih 1,5 meter. Kalu warga, walaupun sudah dua bulan terendam belum ada yang mengungsi. Mungkin mereka masih menganggap aman walaupun kondisinya seperti ini," ucap Agus sambil meninjau kondisi banjir.

Dia mengatakan, untuk meringankan beban para korban bencana banjir BPBD dan Palang Merah Indonesia (PMI) telah membangun sejumlah posko pertolongan. Namun, upaya tersebut hanya bisa menjangkau 5.000 jiwa sedangkan jumalh korban banjir terus bertambah.
"Kita hanya meringankan beban mereka, antara lain membuka dapur umum, mengirim beberapa logistik yang dibutuhkan termasuk pengobatan massal setiap dua hari sekali yang dilaksanakan Puskesmas Sayung dan Dinas Kesehatan Kabupaten Demak," ujarnya.
Editor: Achmad Syukron Fadillah