Kades di Boyolali Wadul kalau Ada Warganya Meninggal Hidup Lagi, Ganjar: Kok Medheni
BOYOLALI, iNews.id - Ada-ada saja tingkah lucu Kepala Desa (Kades) saat mengikuti acara Rembug Desa dengan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo. Mereka dengan santai ngobrol bersama Ganjar seperti ngobrol dengan teman sendiri.
Seperti saat Ganjar menggelar Rembug Desa dengan Kades se-Kabupaten Boyolali secara daring di pendapa Kabupaten Boyolali, Rabu (4/8/2021). Salah satu Kades mengatakan bahwa di desanya ada warga yang meninggal tapi hidup lagi.
Awalnya Ganjar menanyakan pada kades-kades itu pertanyaan umum. Tentang penanganan Covid-19, tentang penanganan pasien positif yang isolasi mandiri dan penyaluran bantuan sosial.
Saat bertanya terkait penyaluran bantuan sosial itu, ada salah satu Kades yang menulis di forum chat bahwa ada banyak warganya sudah meninggal tapi hidup lagi.
"Sebentar sebentar, itu Kades Gunung Simo nulis ada warganya yang mati hidup lagi. Kok medheni (mengerikan). Coba mas dihidupkan, saya pengen ngobrol," katanya pada operator.
Setelah berhasil ngobrol, Kades Gunung Simo bernama Yogi itu mengatakan, yang ia maksud warganya meninggal hidup lagi itu bukan jasadnya. Tapi, namanya kembali muncul sebagai penerima bantuan di desa.
"Ada banyak pak, sudah meninggal lama, sudah lama tidak dapat bantuan karena sudah kami verifikasi. Lha sekarang kok muncul lagi pak. Masuk daftar penerima bantuan. Kan namanya hidup lagi itu," kata Yogi.
Ganjar pun tertawa dengan keterangan Yogi. Meski begitu, ia paham dengan maksud Yogi karena di beberapa tempat yang dia kunjungi, banyak kasus serupa. Dimana ada warga yang sudah meninggal, tapi tetap menerima bantuan dari pemerintah pusat.
"Ada banyak pak, sekitar 9-10 kepala keluarga yang sudah meninggal, tapi dapat bantuan. Ya kita kembalikan pak bantuannya, karena tidak tepat sasaran. Kami heran pak, padahal dulu sudah diverifikasi, kok munculnya tetap sama. Apa mungkin pakai data lama ya pak," katanya.
Selain Yogi, sejumlah kades lain di Boyolali juga menyampaikan hal yang sama. Misalnya Kades Banyuanyar, Komarudin. Kepada Ganjar, pihaknya meminta agar ada pembenahan data bansos, karena apa yang diusulkan dari desa beda dengan data pusat.
"Untungnya kami sejak 2017 lalu ada musyawarah desa yang khusus membahas kemiskinan. Jadi masalah-masalah yang seperti ini, bisa kita atasi," kata Komarudin.
"Di desa kami ada 38 warga yang dapat bansos dobel pak. Itu kami alihkan ke warga yang lain tidak bisa. Bagaimana pak, supaya bisa langsung kami alihkan. Soalnya masyarakat banyak yang butuh," kata Kades Senden, Sularsih.
Ganjar langsung menjawab bahwa perbaikan data terus dilakukan. Pihaknya sudah mengirimkan surat ke Kemensos terkait hal itu.
"Tapi ndak bisa langsung dialihkan ke warga lain. Harus dikembalikan dulu, karena itu ada prosesnya. Mengelola keuangan negara kan tidak sembarangan," jawabnya.
Editor: Ahmad Antoni