Kisah Jenderal Ahmad Yani, Pahlawan Revolusi yang Gugur dalam Peristiwa G30S PKI

JAKARTA, iNews.id - Mengenal kisah Jenderal Ahmad Yani, salah satu pahlawan revolusi yang gugur dalam peristiwa G30S PKI menarik diulas. Peristiwa G30S PKI 1965 ini berdampak luas terhadap dinamika politik dan sosial bangsa Indonesia.
Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani menjadi korban kebiadaban PKI bersama korban lainnnya yakni Mayjen R Soeprapto, Mayjen MT Haryono, Mayjen S Parman, Brigjen DI Panjaitan, Brigjen Sutoyo Siswomiharjo.
Selain itu, nama Ahmad Yani kerap kali dijumpai sebagai nama-nama jalan, masjid, nama Universitas (Universitas Jenderal Achmad Yani/Unjani-Cimahi), hingga nama kapal perang KRI Ahmad Yani 351. Berikuti ini ulasan lengkapnya mengenai Jenderal Ahmad Yani.
Jenderal Ahmad Yani lahir di Purworejo, Jawa Tengah pada 19 Juni 1922. Ahmad Yani memiliki dua orang adik perempuan bernama Asmi dan Asinah. Setidaknya hidup keluarga Ahmad Yani lumayan berkecukupan dengan gaji ayahnya saat itu sekitar 7 ringgit lantaran menjadi sopir pribadi dari bos tebu.
Keluarganya bekerja di sebuah pabrik gula milik Belanda, lalu pada tahun 1927 Ahmad Yani pindah bersama keluarganya ke Batavia (Kini menjadi Jakarta). Di Batavia, ia mengenyam pendidikan dasar dan menengah.
Pada tahun 1940, Ahmad Yani meninggalkan sekolah menengahnya untuk menjalani pendidikan wajib militer sebagai tentara Hindia Belanda pada masa itu.
Sebagai calon perwira, ia mengambil pendidikan militer pada bidang topografi militer di Malang, Jawa Timur, tetapi pendidikannya tersebut terputus karena invasi Jepang pada tahun 1942. Di tahun yang sama, Ahmad Yani dan keluarganya pindah kembali ke Jawa Tengah.
Kemudian pada tahun 1943, ia bergabung menjadi anggota PETA (Pembela Tanah Air) yang dibentuk oleh penguasa Jepang saat itu dan menjalani pelatihan lanjutan di Magelang.
Editor: Ahmad Antoni