Kisah Jenderal Ahmad Yani, Pahlawan Revolusi yang Gugur dalam Peristiwa G30S PKI

Setelah menyelesaikan latihannya tersebut, Ahmad Yani meminta untuk dilatih sebagai komandan peleton PETA dan menerima pendidikan di Bogor, Jawa Barat. Setelah selesai, ia dikirim kembali ke Magelang sebagai instruktur tentara.
Setelah Indonesia merdeka, Jenderal Ahmad Yani mulai bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) atau yang kini dikenal sebagai Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Setelah terbentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Ahmad Yani diangkat sebagai Komandan TKR Purwokerto. Tahun 1948 dirinya ikut beroperasi dalam menumpas pemberontakan PKI Muso di Madiun. Pada Agresi Militer Belanda II dia diangkat sebagai Komandan Wehrkreise II daerah Kedu.
Selain itu, ia juga melawan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII ) yang membuat kekacauan di daerah Jawa Tengah. Usai berhasil melawan DI/TII tersebut, Ahmad Yani kembali ke Staf Angkatan Darat.
Pada tahun 1955, atas perintah presiden Ahmad Yani disekolahkan pada Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, USA selama sembilan bulan.
Pada tahun 1958, ia diangkat sebagai Komandan Komando Operasi 17 Agustus di Padang Sumatera Barat untuk menumpas pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
Selain di PRRI, Jenderal Ahmad Yani juga turut andil dalam perebutan Irian Barat, hingga membuat Presiden Soekarno senang akan keberadaan dirinya saat itu.
Selanjutnya di Tahun 1962, dirinya diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Ahmad Yani difitnah dan dituduh ingin menjatuhkan Presiden Soekarno oleh PKI.
Editor: Ahmad Antoni