Kisah Mistis 3 Pendaki di Gunung Merbabu, Merinding Lihat Wanita Berkebaya di Hutan Mati

Sementara, Lino mengungkapkan pada jam 03.00 WIB dia bersama kedua rekannya start sampai ke puncak triangulasi, kemudian sampai jam 11.00 WIB turun sampai ke area hutan mati sekitar jam 14.00 WIB. “Saya paling depan, Edo di tengah, Wili paling belakang berjarak 10 meter. Wili memang selalu di belakang karena belum terlalu kuat mendaki,” kata Lino.
“Saya sama Edo berjalan berdua tiba-tiba dengar suara ketawa, otomatis berhenti. Rombongan yang lain nggak ada, cuma kita bertiga. Awalnya kita anggap biasa, tapi ketawanya kok agak serem, takut saja,” katanya.
Mendapati kejadian itu, dia dan Edo sempat menggoda Wili dengan menanyakan soal suara wanita yang serem itu. Namun Wili tak meresponnya.
“Kita jalan lagi dan sempat beristirahat, kok Wili nggak muncul-muncul hingga 15 menit. Nggak ada inisiatif kembali, kita nunggu saja. Tiba-tiba dia datang, mukanya sudah merah-merah. Saya tanya Wil kenapa apa gara-gara suara tadi ya. Dia bilang bukan-bukan. Seketika dia minta perjalanan dilanjutkan. Biasanya dia sering istirahat tapi kenapa dia minta jalan terus seolah-olah nggak punya capek sama sekali. Ekspresi ketakutan. Baru sekitar 7 hari kemudian dia ngobrol dan cerita yang dialami,” ujarnya.
Dia mengatakan, dari pengalaman tersebut dapat diambil pelajaran berharga yakni sebagai pendaki hendaknya selalu menjaga sifat dan sikap yang baik selama melakukan pendakian.
“Kalau berada di tempat mana pun nggak hanya di gunung kita harus menjaga sifat dan sikap kita terutama mulut kita apalagi kalau masih muda kadang keceplosan, ngomong kasar kalau bisa dikurangi, dimanapun situasi dan lokasinya,” ujarnya.
Editor: Ahmad Antoni