get app
inews
Aa Text
Read Next : Serunya Panjat Pinang 15 Meter HUT ke-80 RI di Semarang, 14 Tim Berebut Juara

Kisah Remaja Cabut Lidi Ditancapkan di Tengah Hajatan hingga Terbentuknya Rawa Pening

Senin, 30 Agustus 2021 - 18:26:00 WIB
Kisah Remaja Cabut Lidi Ditancapkan di Tengah Hajatan hingga Terbentuknya Rawa Pening
Suasana Rawa Pening, Kabupaten Semarang. Foto/Angga Rosa

SEMARANG, iNews.id - Rawa Pening di wilayah Kecamatan Banyubiru, Tuntang, Bawen dan Ambarawa, Kabupaten Semarang tak pernah sepi dari aktivitas masyarakat. Setiap hari ada ratusan orang yang beraktivitas di danau alam seluas sekitar 2.400 hektare itu.

Aktivitas mereka bermacam-macam. Mulai dari mencari nafkah, berwisata hingga menyalurkan hobi memancing. Sejak dulu, Rawa Pening memang menjadi objek wisata andalan di Kabupaten Semarang. Bisa dipastikan, setiap hari ada wisatawan yang berkunjung. 

Di kawasan Rawa Pening ada beberapa destinasi wisata, antara lain Bukit Cinta yang berada di wilayah Kecamatan Banyubiru, Jembatan Biru di Tuntang, rumah apung di Asinan, Bawen. Sejumlah tempat tersebut kerap dikunjungi wisatawan.

Selain untuk berekreasi, para wisatawan yang datang ke Rawa Pening sebagian ada yang kepingin mengetahui kisah Baro Klinting dan legenda terbentuknya Rawa Pening. Berdasarkan cerita sejumlah warga di pesisir Rawa Pening, danau alam itu terbentuk setelah seorang remaja bernama Baro Klinting mencabut lidi yang ditancapkannya di tengah hajatan pesta warga Desa Pathok. 

Bersamaan dengan itu, muncul air dari lubang bekas tancapan lidi. Air terus membesar dan terjadi banjir. Banjir menenggelamkan desa dan akhirnya menjadi danau yang dikini di kenal dengan nama Rawa Pening.

Rusmadi (57) warga Desa Rowoboni, Banyubiru menuturkan, berdasarkan cerita turun temurun dari para leluhur, konon legenda Rawa Pening berawal dari kehidupan warga desa di kaki Gunung Telomoyo, yakni Desa Ngasem yang dipimpin oleh Ki Sela Gondang. Kepala desa tersebut dikenal bijaksana. "Ceritanya, Ki Sela Gondang memiliki anak perempuan bernama Endang Sawitri," ujarnya.

Singkat cerita, kata dia, suatu saat masyarakat Desa Ngasem memiliki hajat menggelar merti desa (bersih desa). Namun ada yang harus disediakan warga sebagai tolak bala serta agar hajat tersebut berjalan dengan lancar dan masyarakat desa mendapat keberkahan. 

Untuk menolak bala dibutuhkan pusaka sakti milik Ki Hajar Salokantara. Kemudian Ki Selo Gondang mengutus putrinya untuk meminjam pusaka sahabatnya itu. Mendapat tugas tersebut, Endang Sawitri segera melaksanakan tugas yang diberikan ayahnya.

Setelah bertemu dengan Ki Hajar Salokantara, Endang Sawitri kemudian menyampaikan maksud dan tujuannya untuk meminjam pusaka. Ki Hajar Salokantara pun meminjamkan pusaka yang dimaksud. Namun sebelum Endang Sawitri pulang, Ki Hajar Salokantara berpesan jangan sampai pusaka itu diletakkan di atas pangkuan.

Editor: Ahmad Antoni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut