Mengintip Tradisi Pembagian Bubur Samin di Masjid Darussalam Solo

Tradisi pembagian bubur samin pada bulan puasa dimulai oleh para perantau asal Banjar, Kalimantan Selatan di Solo sekitar tahun 1980. Para perantau Banjar yang tinggal di daerah Jayengan membangun langgar yang kemudian menjadi Masjid Darussalam.
Bagian dari budaya dan kuliner Banjar kemudian berkembang di daerah permukiman perantau Banjar di Solo. Kerinduan terhadap kampung halaman mendorong para perantau dari Banjar untuk membuat bubur samin bersama guna memperkuat tali persaudaraan masyarakat Banjar di perantauan.
Kebiasaan kemudian berkembang menjadi tradisi pembagian bubur samin gratis kepada warga pada bulan puasa. Warga dari daerah lain pun selanjutnya menjadi penasaran ingin mencicipi bubur khas Banjar yang beraroma sedap itu.
Tradisi pembagian bubur samin pada bulan puasa tetap dipertahankan setelah sebagian dari warga asal Banjar yang merantau ke Solo dan keturunan mereka berpencar untuk mencari rezeki ke daerah-daerah yang lain seperti Karanganyar, Sragen, Boyolali, Sukoharjo, dan Semarang.
Kalaupun tidak bisa selalu ikut memasak atau sekadar mencicipi bubur samin secara langsung, perantau asal Banjar maupun keturunan mereka menyumbangkan dana untuk kegiatan pembagian bubur samin gratis pada Bulan Ramadhan di Masjid Darussalam.
Editor: Ary Wahyu Wibowo