Rumah Cerdas Madin Estu Panggugah, Oase Para Siswa di Mojolegi Boyolali
BOYOLALI, iNews.id – Dampak pandemi Covid-19 turut menerpa para siswa di Desa Mojolegi, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Beberapa pelajar di antaranya merasakan efek besar ketika pembelajaran tatap muka dihentikan, yakni belum lancar membaca dan menulis meskipun sudah duduk di kelas 4 SD.
Kondisi itu antara lain dialami Muhammad Azila Wijaya, salah satu anak asal Desa Mojolegi. Jaya, panggilan akrabnya, kini duduk di kelas 4 SD yang ada di wilayah Pengging, Kecamatan Banyudono. Jarak rumah dengan sekolahnya tergolong jauh karena diperkirakan lebih dari 5 kilometer.
Ia harus menyeberangi Jalan Raya Solo-Semarang ketika berangkat ke sekolah. Jaya harus bersekolah di SD yang jauh dari rumah karena menyesuaikan neneknya yang berjualan di Pasar Pengging. Sementara, kedua orang tuanya merantau di Jakarta dan Malaysia.
“Ibu di Malaysia, bapak di Jakarta. Ikut simbah di sini (Mojolegi),” kata Jaya.
Ketika pembelajaran tatap muka dihentikan, dirinya pada waktu itu masih kelas 2 SD dan masih kesulitan membaca dan menulis. Kesulitan semakin bertambah karena pembelajaran beralih ke daring dan tidak bertemu guru secara langsung.
Untuk sekedar membaca tugas yang diberikan secara online, dirinya harus dibantu orang lain. Persoalan yang dialami Jaya menemukan pencerahan dengan kehadiran Rumah Cerdas Madin Estu Panggugah di Kampung Weden RT 11 RW 02, Desa Mojolegi, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali.
Rumah cerdas yang didirikan Nunung Permata Istiqomah, warga setempat, sejak pandemi mulai fokus memberikan pembelajaran baca, tulis dan berhitung kepada anak-anak SD. Sebab ketika awal pandemi, Istiqomah mulai menangkap persoalan dan kesulitan yang dialami anak-anak SD di sekitar tempat tinggalnya.
Setelah mengikuti kegiatan Rumah Cerdas Madin Estu Panggugah, Jaya kini telah masuk jilid 5 yang merupakan level tertinggi kegiatan baca tulis di tempat tersebut. Setelah mulai lancar membaca dan menulis, Jaya kini semakin mudah mengikuti pelajaran.
“Saat belum bisa baca tulis dulu, cara mengerjakan PR dibacakan, dan menulisnya masih dieja. Mengerjakannya di tempat les (Rumah Cerdas Madin Estu Panggugah),” ucapnya.
Bagi orang tua atau wali murid, kehadiran Rumah Cerdas Madin Estu Panggugah sangat dirasakan manfaatnya. Sriyatun, warga Sidorejo, Mojolegi mengatakan, cucu yang bernama Aprilia Zaskia saat ini masih TK besar. Semenjak tiga bulan ikut les di Rumah Cerdas Madin Estu Panggugah, kini mulai bisa baca meskipun baru dua sampai empat kata.
“Sekarang masuk jilid 2, nulisnya juga mulai bagus,” kata Sriyatun.
Dengan demikian saat masuk SD nanti, harapannya bisa mengikuti pelajaran karena sudah bisa sedikit membaca dan menulis. Pada masa pandemi, cucunya mengikuti pembelajaran secara online dan diberi tugas. Setelah penyebaran Covid-19 mereda, kini satu minggu masuk dua kali dengan waktu yang terbatas.
Sriyatun mengaku dalam keseharian memelihara cucunya tersebut. Sebab ayah Aprilia Zaskia tengah sakit dan ibunya bekerja di Singapura. Sebagai nenek, dirinya memiliki keterbatasan ketika membantu pelajaran cucunya. Kehadiran Rumah Cerdas Madin Estu Panggugah sangat membantu. Terlebih ada dukungan Pertamina dalam kegiatan ini. Kerja sama bimbingan belajar antara Rumah Cerdas Madin Estu Panggugah fokus untuk membaca dan menulis. Siswa yang mengikuti bimbingan mulai dari TK hingga kelas 4 SD.

“Kebanyakan belum bisa karena faktor pandemi Covid-19 kurang lebih dua tahun, anak-anak cuma sekolah online,” kata Siti Zulaihah, salah satu pengajar Rumah Cerdas Madin Estu Panggugah.
Seperti anak TK, tidak bisa masuk sekolah tatap muka selama hampir dua tahun. Setelah itu mereka naik ke kelas SD, sehingga membaca belum lancar. Kondisi serupa juga dialami anak yang duduk di kelas 1, 2 dan 3 SD. Melihat kondisi itu, Nunung Permata Istiqomah mendirikan Rumah Cerdas Madin Estu Panggugah dan selanjutnya mendapat dukungan program CSR Pertamina. Untuk programnya dibuat per kelompok karena jumlah pesertanya banyak.
“Dibuat kelompok 1 sampai kelompok 5, jumlahnya total siswanya sekitar 39 anaknya,” ucap Siti Zulaihah.
Sebelum pandemi, awalnya aktivitas yang dilakukan baru sebatas rumah baca. Namun berubah menjadi bimbingan membaca dan menulis setelah melihat situasi kebutuhan masyarakat akibat pandemi.
Rumah Cerdas Madin Estu Panggugah berstatus Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang telah diakui oleh Dinas Pendidikan Boyolali. Anak-anak yang belajar membaca di tempat ini semuanya masih sekolah, dan tidak ada yang berstatus putus sekolah.
Namun dari sisi kemampuan membaca, diakui banyak yang masih lemah. Seperti siswa kelas 4 SD, ada yang masih jilid 3 dari semestinya sudah masuk jilid 5. Kondisi ini tak lepas dari situasi orang tua mereka yang merantau atau sibuk bekerja sebagai buruh pabrik.
Pihaknya sejauh ini baru fokus agar anak-anak tersebut bisa membaca, menulis dan berhitung. Sedangkan untuk materi pelajaran tetap menjadi urusan sekolah. Terlebih waktu pembelajaran Rumah Cerdas Madin Estu Panggugah hanya terbatas dua jam.
Sedangkan jadwal pembelajaran dilakukan pada hari Senin sampai Jumat. Sementara untuk Sabtu, Minggu dan tanggal merah libur. Pihaknya fokus dengan materi membaca mengingat peserta yang ikut beragam mulai TK sampai kelas 4 SD. Dengan bisa membaca, mereka diharapkan bisa mandiri bisa menjawab soal yang diberikan sekolah. Namun demikian, siswa yang berkonsultasi mengenai pekerjaan rumah (PR) dari sekolah tetap dibantu.
Dalam kerja sama dengan Pertamina, untuk satu kelompok terdapat 8 anak yang diampu oleh satu guru. Sementara, terdapat lima kelompok yang dibagi pembelajarannya mulai pukul 11.00-16.00 WIB. Total terdapat 8 pengajar dengan jadwal yang berbeda. Para pengajar yang terlibat di Rumah Cerdas Madin Estu Panggugah memiliki latar belakang guru TK hingga SMA. Mereka berusaha menyempatkan waktu agar bisa mengajar di rumah cerdas.
Belajar membaca harus dilakukan intensif setiap hari. Jika diberi jeda masuk-libur, justru akan membuat anak malas mengikuti pembelajaran. Guna mendukung pembelajaran, yang paling utama adalah buku bacanya. Kendala yang dihadapi adalah kemampuan masing-masing anak berbeda-beda. Jika mengajar anak yang tergolong sudah lancar, waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama sehingga bisa bergantian dengan anak lainnya. Namun jika membimbing anak yang belum lancar, membutuhkan waktu lama dan jamnya keburu habis.
Dalam kegiatan membaca dan menulis ini, para peserta cukup membayar infaq setiap datang. Pada saat pendaftaran, peserta diminta mengumpulkan lima botol bekas. Permintaan mengumpulkan botol bekas berasal dari Pertamina, sehingga dirinya kurang mengetahui.
Mengenai honor untuk para pengajar, dia menegaskan jika sifatnya hanya sosial sehingga tidak bisa mengharapkan nominal yang banyak. Kalau sudah masuk maka harus ikhlas, karena honornya hanya sekedar untuk beli bensin. Namun demikian, keterlibatan Pertamina mendukung rumah cerdas diakui sangat membantu, termasuk untuk honor pengajarnya.
Dukungan dari Pertamina diakui membuat para pengajar semakin bersemangat dalam menyelesaikan tanggungjawab. Pertamina juga menyediakan buku-buku serta peralatan pendukung lainnya. Bagi siswa yang masih duduk di TK, ikut belajar membaca dan menulis di tempat ini memberikan keuntungan. Sebab mereka lebih dulu mulai bisa membaca dibanding teman-temannya yang seangkatan.
Bahkan anak pemilik rumah yang ditempati untuk rumah cerdas, malah sudah masuk jilid 4 membaca meskipun baru masuk TK. Anak tersebut setiap hari ikut gabung dan bersemangat belajar membaca. Dia lebih cepat belajar membaca dan menulis dibanding anak-anak lainnya. Rumah Cerdas Madin Estu Panggugah juga memberikan laporan hasil pembelajaran kepada orang tua atau wali murid. Seperti anak sekolah pada umumnya, setiap semesteran juga dibagikan raport perkembangan anak. Selain itu juga dilaksanakan program parenting guna mendukung pembelajaran anak di rumah.
Mengingat program dengan Pertamina hampir selesai, pihaknya mulai November 2021 menyiapkan program mandiri. Karena para guru yang mengajar juga memiliki kesibukan masing-masing, maka akan dibuatkan jadwal sesuai waktu longgarnya. Untuk program mandiri, pembelajaran dilakukan mulai pukul 14.00-16.00 WIB. Pembelajaran dilaksanakan setiap Senin sampai Jumat. Sedangkan hari Sabtu, Minggu dan tanggal merah libur. Diharapkan dukungan Pertamina dapat terus dilanjutnya. Sebab pendidikan membutuhkan dukungan terus menerus dan tidak putus.
Unit Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Pemasaran Regional Jawa Bagian Tengah, Brasto Galih Nugroho mengatakan, pendampingan masih terus berjalan.
“Yang berakhir di bulan Oktober 2021 adalah dukungan operasional yang memang bersifat support,” kata Brasto Galih Nugroho.
Dikatakannya, mulai 2018 Pertamina telah memberikan bantuan perpustakaan mini dengan item lemari dan buku. Dengan dasar dalam sosial mapping di Desa Mojolegi, terlihat adanya tingkat literasi masyarakat yang perlu ditingkatkan.
Bantuan-bantuan lainnya yang diberikan adalah mulai dari pemberian perpustakaan mini desa, pelatihan peningkatan kapasitas pengajar Desa Mojolegi, bantuan kebutuhan operasional kegiatan kampung cerdas, penyediaan fasilitas perpustakaan digital, kegiatan cinta lingkungan penanaman pohon, dan kelas parenting bagi orang tua dan penyediaan fasilitas belajar mengajar.
“Terkait dengan periode bantuan, tentunya bantuan tersebut adalah bantuan yang bersifat mendukung operasional penerima manfaat. Di tahun 2021 ini, kami terus melakukan pendampingan belajar dengan fokus mengentaskan buta aksara dan menghitung pada anak akibat tidak ada pendampingan belajar berdasarkan road map program tersebut,” katanya.
Roadmap Program Pertamina Cerdas, yakni dimulai dari tahun 2017 dengan kegiatan Pertamina Mengajar dan membuatkan dua perpustakaan mini desa berlanjut sampai 2019. Kemudian ditahun 2020 terbentuk kelompok Cerdas Patra yang mendampingi anak-anak usia sekolah belajar di masa pandemi.
Mengenai botol bekas yang diminta dikumpulkan para siswa saat mendaftar, dia menyebut bahwa hal itu sebagai bentuk agar penerima manfaat peduli terhadap lingkungan. Dan botol bekas tersebut dikolaborasikan untuk Program Bank Sampah Fuel Terminal Boyolali.
Editor: Ary Wahyu Wibowo