Sambut 10 Muharam, Warga di Pekalongan Gotong Royong Buat Bubur Suro
Adonan bubur juga ditambahkan daging serta ikan laut serta telor dan sayuran, sehingga menambah rasa gurih dan sedap. Setelah bubur suro selesai dimasak, selanjutnya diletakkan dalam wadah takir dari daun pisang yang dibentuk seperti mangkok.
Makanan khas yang sudah ada sejak ratusan tahun ini kemudian didoakan sebelum dimakan bersama, dan dibagikan kepada warga.
“Bubur suro merupakan lambang rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas berkah dan rezeki yang diperoleh dalam waktu setahun. Selain itu juga mohon keberkahan dan keselamatan lahir batin dunia akhirat setahun yang akan datang,” kata Umi Anik, salah satu tokoh masyarakat setempat, Kamis (19/8/2021).
Kisah bubur suro dibuat untuk memperingati hari di mana Nabi Nuh selamat setelah 40 hari mengarungi banjir besar yang melanda dunia saat itu. Beras dan santan melambangkan lahir dan batin manusia sebagai bahan dasar manusia yang memiliki ruh. Lauk melambangkan dinamika kehidupan dalam setiap harinya untuk selalu ibadah dan bersedia mengabdi kepada Tuhan, dan berbuat sholeh kepada seluruh mahluk.
Ruh-nya manusia dilambangkan dari rasa yang tercipta ketika semua bahan dijadikan satu dan diberi nama bubur suro. Harapan yang muncul dari niat bersyukur dan berdoa agar diberikan keselamatan dunia akherat, serta berharap apa yang menjadi cita-cita dikabulkan Tuhan.
Editor: Ary Wahyu Wibowo