Di sisi lain, dia sepakat dengan pemerintah untuk fokus dalam penanganan kemiskinan ekstrem di Jateng saat ini. Apalagi Jateng juga merasakan dampak besar akibat Covid-19 yang menyerang semua sektor serta ancaman resesi ekonomi.
Sementara, Kepala Dinas Sosial Jateng Harso Susilo menyebutkan, saat ini ada 17 kabupaten di Jateng yang masuk kategori miskin ekstrem. Total, ada 632.337 jiwa yang akan menjadi sasaran pengentasan kemiskinan.
Jumlah warga Jateng yang menjadi sasaran pengentasan kemiskinan itu dirumuskan dari perubahan regulasi yang ada. Sebelumnya, kemiskinan menggunakan data dari kemensos. namun saat ini menggunakan pendataan dari BKKBN yakni data Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrim (P3KE).
"Dalam P3KE, ada 4,8 juta di desil 1, kemudian 4,2 juta di desil 2 dan di desil III yang agak rentan (kemiskinan) ada 3,8 juta. Apakah semuanya disasar? Kami berupaya dan ketemulah prioritas penanganan 632.337 orang. Untuk miskin ekstrem ada di 17 kabupaten," sebutnya.
Wakil Rektor II Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), Dr Hardiwinoto mengatakan, kemiskinan ekstrem ini bisa diakibatkan karena warga yang tak lagi produktif dan pengangguran.
Meski demikian, dia mengingatkan angka kemiskinan ini bisa bergeser jika dilihat dari pendapatan masyarakat pedesaan yang tak melulu soal uang.
"Karena masyarakat di pedesaan, hari-harinya kadang hidup tak dengan rupiah tapi dengan alam sekitarnya. Hasil sawah, tegalan, sebagai petani penggarap. Miskin tapi masih bisa menghidupi keluarganya," ujarnya.
Editor : Ahmad Antoni
dprd jateng Komisi E DPRD Jateng kemiskinan kemiskinan ekstrem jawa tengah pemprov jateng unimus universitas muhammadiyah miskin ekstrem prime topic
Artikel Terkait