Menurutnya, festival lopis raksasa ini perlu dijaga dan dipelihara bersama sebagai tradisi dan budaya turun temurun yang dimaksudkan untuk mempererat tali silahturahmi antarmasyarakat Krapyak dan dengan masyarakat daerah sekitarnya, hal ini diidentikkan dengan sifat Lopis yang lengket.
“Alhamdulillah pada hari ini ada tradisi Syawalan berupa Festival Lopis Raksasa di Kelurahan Krapyak yang berjalan lancar. Mudah-mudahan kita semua bisa memelihara tradisi asli dari Kota Pekalongan, salah satunya lopis ini,” kata Aaf.
Dia mengatakan, animo panitia, Forkopimda, dan masyarakat yang hadir sangat luar biasa tinggi. Dirinya bersyukur, tempat untuk memasak lopis raksasa kali ini jauh lebih representatif dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Pihaknya berharap jika nantinya ke depan pandemi Covid-19 benar-benar telah usai, Perayaan tradisi syawalan lopisan di Kota Pekalongan ini bisa lebih meriah lagi.
Momentum Syawalan dimanfaatkan oleh salah seorang warga Buaran, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan, Istikharah yang rela datang sejak pagi untuk melihat langsung dan berebut lopis raksasa Krapyak bersama ribuan warga lain yang hadir.
Dia sengaja datang ke Kelurahan Krapyak Gang 8 karena memang penggemar lopis dan ingin ngalap berkah (mencari keberuntungan) dari tradisi pemotongan lopis tersebut.
“Alhamdulillah dapat lopis walaupun sedikit. Ke sini memang sengaja karena pertama memang suka lopis dan itung-itung ngalap berkah Syawalan. Tadi memang harus rebutan, karena kalau tidak rebutan pasti tidak kebagian lopisnya,” ujarnya.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait