Selain bercerita tentang bagaimana Haris belajar membuat karya puisi dan membaca puisi, ia juga membacakan salah satu karya puisi cukup panjang Rendra berjudul "Khotbah", diiringi performa gerak oleh Ismanto dan penari Lyra de Blaw.
"Dia (Rendra) banyak ngajarkan saya menulis puisi. Kegemaran saya terhadap dunia matematika membuat hampir puisi-puisi saya bertema matematika, tetapi tentang bagaimana menghitung perasaan, emosional, kebijaksanaan, tidak ngetung (menghitung) angka, tetapi matematika kehidupan," ujarnya.
Ia menyebut perjalanan cukup panjang dengan Rendra, selain sebagai peristiwa penting dalam jalan kepenyairannya, juga membuatnya paham tentang pentingnya tertib menjalani latihan-latihan.
Budayawan yang juga pendiri Komunitas Lima Gunung Sutanto Mendut mengemukakan tentang kepenyairan Rendra sebagai bagian kekuatan pena pada masanya.
"Sastrawan dulu mungkin kuno, tetapi sekarang pena sudah tidak tajam-tajam, karena hanya menjadi pelepasan kesepian, untuk bikin akun (media sosial, red.) ramai. Sekarang kita sama-sama menikmati pena sedang tidak tajam, tapi hanya ngisi kekosongan batin," katanya.
Ia mengemukakan pentingnya usaha-usaha mengingatkan kembali terhadap karya-karya Rendra dan karya sastra Indonesia.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait