5 Fakta Seputar Gus Mus Ulama Pemikir yang Disowani Ganjar-Mahfud, Nomor 4 Pejuang HAM

Sebagai tokoh yang sering diakses oleh pemimpin politik, seperti Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, pertemuan dengan pria yang memiliki nama KH Ahmad Mustofa Bisri mencerminkan pentingnya nasihat dan doa dari seorang ulama besar dalam menghadapi tantangan dan tanggung jawab kepemimpinan. Dirinya bukan hanya menjadi figur agama, tetapi juga sumber inspirasi untuk kebijakan-kebijakan yang mendukung kerukunan dan kemajuan bangsa.
Namun di balik hal itu semua, apa fakta menarik seputar Gus Mus ini? Simak penjelasannya yang telah kami bantu rangkum untuk para pembaca.
1. Ulama ‘Nyeni’ yang Suka Dengan Sastra
Gus Mus, atau KH Ahmad Mustofa Bisri, terkenal sebagai ulama 'Nyeni' yang memiliki kecintaan pada dunia sastra. Dikenal sebagai salah satu sastrawan dari kalangan kiai, Gus Mus menunjukkan kepiawaian dalam menghasilkan beragam karya sastra, termasuk esai, puisi, cerpen, dan Gubahan Humor.
Sejak muda, kegemaran menulisnya telah mencuat, bahkan bersaing dengan kakaknya, KH. M. Cholil Bisri. Bukan hanya sebatas hobi, karya-karya Gus Mus sering dimuat di berbagai media massa, termasuk Kompas, menandakan pengaruh dan apresiasi terhadap tulisan-tulisannya.
Kiprahnya dalam dunia kepenyairan juga mencatat sejarah, dengan pementasan puisi pada 1980-an yang mendapat pujian dan mengukuhkan posisinya sebagai "bintang baru" dalam dunia sastra Indonesia.
2. Putra Seorang Santri Kelana Pejuang Kemerdekaan Indonesia
Gus Mus, atau KH Ahmad Mustofa Bisri, merupakan putra dari seorang santri kelana dan pejuang kemerdekaan Indonesia, KH Bisri Musthofa. Lahir pada tahun 1914 di Rembang, Jawa Tengah, Kiai Bisri Musthofa adalah sosok kiai yang lengkap dengan kecerdasan dalam berbagai bidang.
Terlibat dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya sebagai bagian dari Laskar Santri, Kiai Bisri menjadi salah satu kiai yang mendukung Resolusi Jihad dalam perjuangan melawan penjajah.
Selain itu, beliau aktif di bidang politik sebagai anggota konstituante dan mendukung konsep Nasakom, menjadikan Kiai Bisri Musthofa sebagai figur kiai yang tak hanya berkutat dalam keilmuan agama, tetapi juga dalam perjuangan dan pengembangan kehidupan sosial-politik Indonesia.
Editor: Ahmad Antoni