Cerita Rakyat Jawa Tengah, Asal Usul Aksara Jawa

Ajisaka terkejut, namun kemudian mendapatkan sebuah rencana. Ajisaka kemudian menemui sang patih kerajaan dan menyerahkan diri kepada patih tersebut untuk dijadikan santapan raja. Tentunya sang patih menolak dengan keras, namun karena Ajisaka sangat bersikeras akhirnya sang patih mengizinkan.
Awalnya sang raja merasa heran melihat ada pemuda yang sangat tampan rela mengorbankan dirinya untuk dijadikan santapan raja. Ajisaka mengatakan bahwa dia bersedia menjadi santapan raja namun dia harus mendapatkan imbalan tanah seluas ikat kepala milik raja, dan harus diukur oleh raja Dewatacengkar sendiri.
Sang raja menyetujui dan mulailah ia mengukur tanah menggunakan ikat kepalanya. Namun saat digunakan untuk mengukur tanah, tiba tiba saja ikat kepala sang raja semakin luas dan lebar tak terhingga dengan sendirinya. Kain ikat kepala tersebut kemudian berubah menjadi keras seperti lempengan besi.
Ikat kepala semakin luas itu perlahan lahan mendorong sang raja Dewatacengkar hingga ke jurang pantai laut selatan. Seketika saja sang raja Dewatacengkar berubah menjadi seekor buaya putih. Singkat cerita kemudian Ajisaka diangkatlah menjadi seorang raja di kerajaan Medhangkamulan menggantikan raja Dewatacengkar.
Setelah penobatan Ajisaka sebagai seorang raja yang baru, kemudian Ajisaka mengutus Dora untuk kembali ke Majethi dan mengambil pusaka andalannya. Berangkatlah Dora kembali ke Majethi dan menemui Sembada yang sedang menjada pusaka tersebut. Dora meminta Sembada untuk menyerahkan pusaka milik Ajisaka kepadanya.
Editor: Ary Wahyu Wibowo