Cerita Sukses Pelaku UMKM, Bisnis Berkembang Omzet Meningkat berkat Pendampingan Pemprov Jateng
“Sekarang harganya mengikuti, yang Rp60.000 sekarang sudah Rp130.000,” ujarnya. Setelah mengikuti pelatihan yang mengajarkan manajemen produksi, pemasaran, Dina kemudian memberanikan diri hingga memperkerjakan karyawan yang merupakan tetangga di lingkungan perumahan, pada bulan Juni 2023.
“Pelatihan (Balatkop) itu, saya merasakan efeknya, omzet naik dari 3-4 kali dalam 3 bulan (belasan juta) dari sebelum ikut pelatihan. Saat ini sudah merambah ke wedding tar, selain pesanan, ada cake, snack acara,” ujar Dina.
Menurutnya, materi yang diajarkan di Balatkop telah menjawab kebutuhannya dalam mencari uang yang ‘hilang’. “Selama ini kan saya kelihatan omzet banyak, duit banyak tapi uangnya enggak ada, ternyata tuyulnya kita sendiri. Ya karena uang diambil tidak dicatat, pembukuan usaha dan pribadi tercampur,” ujarnya.
Setelah mengikuti pelatihan di Balatkop, dia jadi tahu harus memisahkan antara uang pribadi sama usaha, termasuk aset. “Jadi kini bisa tahu pemetaan pasar, karena selama ini tak tahu,” katanya.
Meski usaha rumahan kue ultah yang dirintisnya dari nol kini perlahan membuahkan hasil, ia terus berupaya mengembangkannya dengan inovasi maupun kreativitas tampilan dalam penyajian kue ultah. Dia juga berharap apa yang dilakukannya bisa menumbuhkan semangat para wanita khususnya ibu-ibu dalam merintis usaha rumahan.
Senada juga dialami Oktaviany Wahyunita (32), warga Banyumanik Semarang. Ibu satu anak ini juga merasakan dampak positif setelah mengikuti pelatihan di Balatkop Jateng.
Sebelumnya ia harus jatuh bangun merintis usaha ayam oven rempah. Sempat terpuruk dihantam berbagai permasalahan dan pandemi, kini kembali bangkit secara perlahan.
Okta-panggilan akrabnya, berjualan ayam oven di sebuah supermarket di kawasan Karangrejo Banyumanik, Kota Semarang. Sebelumnya, dia sempat berhenti berjualan Ayam O (akronim nama Oktaviany), karena ayah kandung dan suaminya meninggal pada April 2023.
“Pada 17 April bapak saya meninggal. Sebelumnya sudah sakit-sakitan. Suami sakit bapak saya sakit. Jadi bolak-balik sama anak. Pada 21 April suami saya meninggal,” ungkap Okta. Dia mengungkapkan kondisi saat itu menjadi masa-masa terpuruk dalam menjalankan usahanya. Saat itu dia menghentikan sementara penjualan ayam oven.
“Setelah bapak meninggal, saya berhenti enggak jualan. Baru setelah 100 harinya, saya jualan lagi. Jadi saya mulai jualan pada bulan Agustus kemarin. Semenjak itu per hari minimal 5-10 ekor terjual. Untuk satu ekornya dijual Rp85.000,” sebutnya.
Usaha berjualan Ayam O yang dirintisnya dilalui penuh dengan perjuangan dan pengorbanan. Namun pengalaman bekerja di berbagai bidang seakan telah menempanya menghadapi masa-masa sulit. Okta menceritakan sebelum menekuni usaha ayam oven rempah, dirinya sempat bekerja sebagai penulis lepas, editor video hingga fotografer.
“Pada tahun 2008 saya pernah menjadi penulis lepas, koordinator liputan sebuah majalah. Kemudian tahun 2009 editor video wedding. Pada 2010 pernah bekerja di Dreamlight World Media Ungaran hingga tahun 2015,” ujar perempuan kelahiran 15 Oktober 1990 ini.
Dalam perjalanan waktu, dia sempat berhenti bekerja usai menikah dan mempunyai anak. Bahkan cobaan berat dialaminya ketika sang suami (almarhum) menjadi korban penipuan.
Editor: Ahmad Antoni