Menelusuri Jejak Kemerdekaan Indonesia di Semarang, Berawal dari Gedung Djawa Hookokai

Demi keamanan Hetami pun membubarkan karyawannya yang tengah siap melakukan pekerjaan mencetak bulletin. Jepang pun meninggalkan kantor Sinar Baru.
Sekitar pukul 15.00 WIB, Hetami menelepon rumah Gadis Rasjid dan memintanya kembali ke kantor untuk melakukan tugas mencetak bulletin.
Usai mencetak, ternyata Hetami mengumpulkan para muridnya dari SMT (Sekolah Menengah Teknik ) Semarang (sekarang STM III-IV) untuk mengedarkan bulletin.
Gerakan Hetami menyiarkan kabar Kemerdekaan Indonesia ini justru melalui Bulletin, bukan Harian Sinar Baru yang kala itu dipimpin oleh Parada Harahap.
Parada Harahap sendiri belum bisa mempercayai kabar Proklamasi Kemerdekaan. Bahkan dia menganggap proklamasi sepihak dilakukan oleh oknum-oknum Indonesia saja. Sementara yang dia fahami Kemerdekaan telah dijanjikan oleh Tenno Heika yang masih digodog Dokuritsu Zyumbi Inkai.
Parada Harahap masih dalam keraguan, bahkan saat Sinar Baru sudah membuat zet cetak, dibatalkan hanya karena khawatir proklamasi dianggap memberontak terhadap saudara tua (Jepang).
Sinar Baru akhirnya dalam tekanan Jepang dan hanya menyiarkan berita-berita dari Gunseikanbu semacam kantor Infokom Jepang. Namun demikian para karyawan berjuang gigih untuk terbitan yang menguntungkan Jepang justru korannya tidak disampaikan kepada pembaca atau pelanggan. Melainkan dikumpulkan dan dibakar.
Editor: Ahmad Antoni