Menelusuri Jejak Kemerdekaan Indonesia di Semarang, Berawal dari Gedung Djawa Hookokai

Bojong 89 markas pemuda pertahanan Kemerdekaan di Jalan Pemuda (Bodjong) No 89 Semarang yang dulu ditempati sebagai Markas Angkatan Muda. Sejak Indonesia mencapai Kemerdekaannya, kemudian para pemuda Semarang yang dimotori Bambang Suprapto, S Karna, Ibnu Parna, Martadi, Rochjati, Bambang Subandono, Soewarso, S Broto dan lainnya membentuk barisan Angkatan Muda. Mereka bermarkas menempati Gedung di Jalan Bojong 89.
Maka kala itu Bojong 89 sebagai pengendali Gerakan perjuangan rakyat Semarang. Karena dari Gedung ini juga dibentuk barisan Angkatan Muda wilayah Pekalongan (Slamet Soenarjo dan Arsad), Hamid Effendi untuk Pati, Harsono untuk Surakarta, Soenarto untuk kedu dan Soetojo untuk Banyumas.
Angkatan Muda bertugas mengambil alih kekuasaan atas aset yang masih dikuasai Jepang. Termasuk juga menerbitkan pamflet-pamflet perjuangan.
Dengan adanya Gerakan Angkatan Muda yang dikomando dari Bojong 89, maka pada 1 Oktoner 1945 sudah banyak gedung-gedung jawatan dan asset yang dikuasai Jepang telah berhasil diambil alih Angkatan Muda. Misalnya Semarang Insatu Kezyoo (perusahaan percetakan), Djawa Denki (Perusahaan Listrik).
Kemudian Eiga Haikyu Sya (Perserikatan peredaran Film Indonesia), Daiken Sangyo KK (Pertenunan Rakyat Indonesia), Naya Soko Kabushiki Kaisya (Kantor Urusan Pergudangan), Tyubu Zidosya Kyoku (Kantor Urusan pengangkutan), Tyubu Syokuryo Kanri Kyoku (Kantor Badan Pengawas Bahan Makanan) dan Pabrik Es.
Bahkan upaya perebutan atau permintaan senjata kepada Jepang di Markas Kidobutai pun direncanakan dari Bodjong 89. Permintaan senjata yang akhirnya dilakukan secara alot oleh Mayor Kido ini memicu Pertempuran 5 Hari. Karena rakyat Semarang marah setelah mengetahui ternyata yang diberikan adalah senjata rusak.
Editor: Ahmad Antoni