Menelusuri Jejak Resep Asli Nasi Glewo, Kuliner Kuno Khas Semarang yang Sempat Punah

SEMARANG, iNews.id – Kota Semarang memiliki berbagai kuliner dengan beragam cita rasa. Masakan-masakan kuno atau jadul juga banyak ditemui di ibu kota Provinsi Jawa Tengah.
Salah satunya Nasi Glewo. Pada masa Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi (Hendi) ‘menghidupkan’ Nasi Glewo sebagai kuliner asli Semarang. Warga Kota Semarang pun mulai sibuk mencari narasumber resep masakan Glewo yang sempat punah puluhan tahun.
Tidak mudah merunut resep autentik masakan kuno masyarakat Semarang ini. Umumnya semua masakan yang ada sudah mengalami inovasi dari segi bahan maupun bumbu, tentu ini dipengaruhi oleh selera si pemasak.
Penjelajah kuliner di Semarang, Chandra AN mulai menelusuri jejak resep autentik (asli) Glewo agar tidak simpang siur dan menemukan yang benar-benar asli Semarang.
Berbagai upaya pun dilakukan. Pertama dengan mencari lokasi perkampungan kuno yang masih terdapat penduduk asli dari keturunan warga asli Kota Semarang. Daerah yang dipilih adalah sekitar Jalan Mataran yang dulu sudah terdapat perkampungan kuno seperti Kampung Kulitan, Bustaman, Pekojan, Ngabangan, Pedamaran, dan sekitarnya.
Di daerah ini ternyata juga sangat dikenal sebagai daerah lahirnya kuliner khas Kota Semarang. Seperti Bustaman sangat dikenal sebagai tempatnya jagal Kambing yang melahirkan Gule khas Bustaman dan Bestik Kambing, yang didaerah lain belum tentu ada dan dikenal.
Qomariah (64), salah satu warga asli Bustaman dan kini memiliki warung makan Gule Kambing Bustaman di Jalan Mataram, tak jauh dari Jalan Petudungan. Qomariah juga paham terhadap masakan Glewo, karena tempo dulu orang tuanya sering memasak Glewo untuk sajian makan keluarga.
“Glewo sudah ada sejak saya kecil di Kampung Bustaman. Cuma dulu masaknya kadang pakai daging koyor sapi, tapi seringnya hanya menggunakan potongan tahu dan tempe, “ kata Qomariah.
Suami dari Bibit (66) yang juga warga asli Bustaman ini mengaku Glewo merupakan masakan orang berada, sebab kala itu umumnya menggunakan daging sapi yang berlemak atau koyor. Sedangkan di kalangan masyarakat bawah umumnya hanya menggunakan potongan tempe dan tahu.
“Glewo merupakan olahan daging sapi, tempe dan tahu berkuah santan dan citarasanya pedes kecut, sekilas memang mirip mangut. Cirinya menggunakan asem kranji atau asem kawak. Dulu asemnya bisa ngambil di jalan-jalan karena banyak pohon asem di Semarang. Kalau asem yang lama disimpan di dapur, Namanya asem kawak,” ujarnya.
Editor: Ahmad Antoni