Arky Gilang, pengepul sampah organik yang merupakan sarjana teknik geodesi sukses bisnis maggot. (Antara)

Pasar lokal terbesar untuk maggot kering di antaranya wilayah Jabodetabek, Batam, Bali, dan Lombok. Sementara untuk maggot basah dijual pada kisaran harga Rp6.000 per kilogram banyak diserap oleh pembudidaya ikan di Banyumas, Pati, Kebumen, dan sebagainya.

"Pembudi daya udang di daerah Puring, Kebumen, yang mencoba menggunakan maggot, ternyata hasilnya bagus, setara dengan menggunakan pelet yang harganya sekarang mencapai Rp20.000, akhirnya mereka memilih maggot untuk mengurangi biaya produksi," kata Arky.

Untuk memenuhi permintaan budi daya udang di Puring mencapai 1 ton per hari, pihaknya bermitra dengan pembudidaya maggot di wilayah Yogyakarta untuk memenuhi kebutuhan tersebut mengingat di Banyumas belum ada pembudidaya maggot yang memiliki kapasitas produksi dalam jumlah besar.

Dalam memasarkan maggot, menggunakan dua perusahaannya yakni PT Aeromap Prosperindo Intenusa untuk pemasaran maggot kering dan CV Gilang Adi Wijaya untuk pemasaran maggot basah atau larva hidup.

Mengenai latar belakang pendidikannya yang bertolak belakang dengan bisnis maggot yang ditekuni saat ini, Arky mengatakan hal itu dilakukan atas dasar pengabdian dan kepedulian terhadap lingkungan khususnya di kampung halamannya.

"Sebenarnya saya punya beberapa perusahaan (yang berkaitan dengan ilmu geodesi), namun pada tahun 2018 saya memutuskan untuk pulang ke sini. Dalam arti, siapa tahu saya punya peran yang berguna untuk daerah, buat masyarakat," katanya.

Ia mengaku sempat mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dalam rangka mewujudkan keinginannya dalam mengabdi untuk daerah.

Akan tetapi setelah mengetahui kondisi perpolitikan dan masyarakat, dia akhirnya memutuskan untuk tidak terjun ke dunia politik dan memilih untuk turun langsung di tengah-tengah masyarakat sehingga lebih berguna bagi mereka.

Dari situlah, Arky mulai mengembangkan desanya melalui berbagai kegiatan seperti pengelolaan sampah dan wisata. Bahkan hingga saat ini, dia masih dipercaya sebagai Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Banjaranyar.

Terkait dengan budi daya maggot, pihaknya bekerja sama dengan KSM Banjarnyar yang mengumpulkan sampah organik dari lima desa sekitar.

"Saya juga bekerja sama dengan KSM Tambaksogra, Kecamatan Sumbang. Jadi, kami membantu mereka untuk menyelesaikan masalah sampah organiknya," katanya.


Editor : Ahmad Antoni

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3 4 5
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network