Arky Gilang, pengepul sampah organik yang merupakan sarjana teknik geodesi sukses bisnis maggot. (Antara)

BANYUMAS, iNews.id - Siapa sangka di Desa Banjaranyar, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, ada seorang pengepul sampah organik yang merupakan sarjana teknik geodesi. Dia adalah Arky Gilang (35), lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 2009.

Arky rela meninggalkan sejumlah perusahaan yang dia bangun di Bandung dan Jakarta untuk kembali ke kampung halamannya demi menekuni bisnis maggot (larva lalat) atau Black Soldier Fly/BSF (Hermetia illucens L.)

Bisnis tersebut berawal dari kepedulian Arky dan teman-teman satu desanya terhadap lingkungan. "Kami sering bareng-bareng membersihkan lingkungan, sehingga kami pada tahun 2018 membentuk KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) sesuai arahan Pak Bupati (Bupati Banyumas Achmad Husein, red.) dalam rangka menanggulangi masalah sampah," kata Arky, Selasa (23/3/2021).

Dalam perjalanannya, KSM besutan Arky menangani sampah organik. Karena tempatnya terbatas dan proses pembuatan kompos membutuhkan waktu yang cukup lama, akhirnya muncul sejumlah opsi dalam rangka penanganan sampah organik, salah satunya dengan membudidayakan maggot atau larva BSF.

Setelah melakukan riset selama satu tahun, Arky dan kawan-kawannya akhirnya menemukan formulasi larva yang sesuai untuk pakan ikan dan binatang peliharaan tertentu.

Riset tersebut meliputi potensi pasar, potensi produk, cara budi daya, dan sebagainya termasuk melakukan uji laboratorium di ITB dan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

"Setelah riset berjalan, kami mulai menghidupkan kelompok pembudidaya ikan di sini (Banjaranyar) yang sebelumnya mati suri. Kami bekerja sama dengan mereka sehingga kelompok pembudi daya ikan itu hidup lagi," katanya.

Selain itu, kata dia, kompos yang dihasilkan tempat penampungan sampah KSM Desa Banjaranyar dimanfaatkan oleh petani setempat secara gratis sebagai sarana demonstrasi plot (demplot).

Hal itu dilakukan karena selama ini, petani banyak mengeluhkan masalah pupuk yang dinilai mahal dan sebagainya. Setelah petani mencoba mengunakan kompos, tanaman pertanian mereka tumbuh subur dan hasilnya bagus.

"Yang tadinya setiap petak menggunakan dua karung urea,  cuma pakai seperempat karung, sisanya pakai organik. Musim tanam besok, petani di sini mayoritas akan menggunakan pupuk organik, paling tidak ada dua kelompok tani yang akan menggunakan organik," katanya.


Editor : Ahmad Antoni

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3 4 5
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network