Agar lebih unik dan menarik pembeli, ia bersama suaminya kemudian membuat bumbu penambah rasa dari sari kelapa. Rasanya yang gurih dan manis, membuat gethuk buatannya laris.
Ditambah dengan campuran tiwul, rasa gethuk blondo semakin nikmat. Para pelanggan kemudian menyebutnya dengan sebutan Gethuk Blondo Mbah Yar.
Anak Mbah Tamso dan Mbah Yarmini, Suwarsih mengaku sudah membantu kedua orang tuanya berjualan g sejak kecil. Bahan yang dibutuhkan untuk membuat gethuk blondo sangat mudah didapat, yakni ketela, kelapa dan gula pasir.
Dalam sehari Mbah Yarmini bisa menghabiskan 30 kilogram ketela. Gethuk blondo buatannya habis dalam beberapa jam karena sudah banyak pesanan sebelumnya.
“Saat hari-hari besar, jumlah pesanan gethuk blondo bisa meningkat pesat dan menghabiskan ketela lebih dari 50 kilogram,” kata Suwarsih.
Proses pembuatan gethuk blondo bisa menghabiskan waktu lebih dari setengah hari, terutama proses pembuatan blondo, sehingga saat dijajakan pada sore hari gethuk blondo masih dalam kondisi hangat. Untuk menambah cita rasa pada gehtuk blondo, Mbah Yarmini selalu menggunakan daun pisang untuk membungkusnya.
Keuntungan penjualan gethuk blondo dalam sehari bisa mencapai Rp1 juta. Jika pesanan banyak, keuntungan bisa mencapai Rp1,5 juta. Jumlah tenaga yang membantu Mbah Yarmini kini mencapai lima orang.
Salah satu pelanggan, Sunarto mengaku sering datang untuk mencicipi 1-2 bungkus gethuk blondo. Harganya juga murah, yakni Rp5.000 untuk satu bungkus gethuk blondo.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait