Beda Kasunanan dan Mangkunegaran, Orang Solo Wajib Tahu
Secara garis besar, isi perjanjian membagi wilayah Mataram menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta Hadiningrat di bawah pimpinan Sri Susuhunan Paku Buwono III dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dipimpin Pangeran Mangkubumi dengan gelar Sri Sultan Hamengkubuwono I (1755-1792).
Sedangkan Pura Mangkunegaran muncul setelah adanya Perjanjian Salatiga pada 17 Maret 1757. Penandatanganan Perjanjian Salatiga antara Raja Paku Buwono III dengan Raden Mas Said. Perjanjian Salatiga menandai berdirinya Mangkunegaran.
Perjanjian Salatiga mengurangi wilayah Keraton Kasunanan Surakarta. Raden Mas Said mendapat daerah kekuasaan sebagian wilayah Kasunanan Surakarta. Wilayah ini disebut Praja (Kadipaten) Mangkunegaran dan Raden Mas Said dinobatkan sebagai penguasanya dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I atau Adipati Mangkunegara I (1757-1795).
Berdasarkan perjanjian tersebut, Mangkunegara I memerintah wilayah Kedaung, Matesih, Honggobayan, Sembuyan, Gunung Kidul, Pajang sebelah utara dan Kedu. Pendiri Mangkunegaran adalah Raden Mas Said yang bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I, lengkapnya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara Senopati Ing Ayudha Sudibyaningprang. Penguasa Mangkunegaran berkedudukan di Pura Mangkunegaran.
Beda Kasunanan dan Mangkunegaran, Pura Mangkunegaran merupakan Kadipaten yang posisinya di bawah Kasunanan dan Kasultanan pada tahun 1757–1946. Kadipaten Mangkunegaran merupakan kerajaan otonom yang memiliki wilayah yang sangat luas dan berhak memiliki tentara sendiri yang independen dari Kasunanan.
Setelah sekian lama menjadi kerajaan otonom, pada September 1946 Mangkunegara VIII menyatakan bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Meletusnya revolusi sosial di Solo pada tahun 1945-1946, telah mengakibatkan Mangkunegaran kehilangan kedaulatan. Walaupun demikian, Pura Mangkunegaran masih tetap menjalankan fungsinya sebagai penjaga budaya.
Editor: Ary Wahyu Wibowo