Kisah Perjuangan Singadipa, Keturunan Bangsawan Dukung Pangeran Diponegoro Lawan Belanda

Ngabehi Singadipa, Pangeran Prawirokusumo dan Kyai Imam Misbah berunding mengatur perjalanan prajurit dan strategi pertempuran. Dalam strategi itu diputuskan bahwa prajurit Banyumas dibagi tiga yakni prajurit Roma dipimpin oleh Tumenggung Mertawijaya supaya menjaga batas Roma.
Kemudian Ngabehi Ranawijaya di Kertanegara menjaga wates Kertanegara. Dan ketiga adalah prajurit Ajibarang menjaga di luar batas Banyumas dan menyerang pos-pos Belanda, Bivak atau Benteng serta upaya langsung menuju Purwonegoro, membuat pesanggrahan
Singadipa masih terus mengadakan perlawanan karena mendapatkan mandat langsung dari Pangeran Diponegoro perlawanan ini terjadi di Banyumas meski perlawanan tidak berlangsung lama.
Namun prajurit yang tersisa untuk melakukan gerakan perang gerilya mampu merepotkan Belanda yang saat itu memperoleh bantuan dari pihak keraton Mataram karena terus tercecar dengan semakin sedikitnya prajurit Singadipa memilih mengatur strategi dengan hanya memberikan komando saja.
Singadipa berpindah tempat dari desa ke desa hingga akhir hayatnya. Singadipa adalah satria terakhir dalam Perang Jawa yang hampir saja berhasil menang yang jika berhasil menang, maka Belanda tidak akan bisa bertahan lama berada di Nusantara.
Kyai Ngabehi Singadipa telah wafat pada tahun 1878 Masehi, namun kharomah akan ilmu ketatanegaraan dan derajat yang dimiliki masih menjadi panutan orang-orang yang masih hidup setelahnya. Kondisi tersebut menyebabkan makam Eyang Singadipa sampai saat ini masih sering dikunjungi orang-orang untuk berziarah.
Editor: Ahmad Antoni